Selasa, 01 Desember 2009

The 7 Habit

The 8 Habit dan 8 Etos Manusia Unggul


Pada dasarnya ada kesamaan The 8 Habit oleh Stephen Covey dengan 8 Etos Manusia Unggul oleh Jansen Sinamo (Guru Etos Indonesia, red). Covey dan Jansen memang seorang humanis spiritual yang serba optimistis, dalam arti pemercaya penuh pada potensi nilai dan kebaikan manusia, peyakin teguh akan kebutuhan manusia yang universal, dan pejuang gagah bagi cara-cara rasional memecahkan masalah-masalah kemanusiaan. Covey dan Jansen melihat kondisi pengap iklim organisasi adalah sumber dari begitu negatifnya sikap, rapuhnya emosi, buruknya keterampilan, atau rendahnya motivasi manusia di ruang kerjanya yang berakibat pada buruknya kinerja dan produktivitas mereka. Itulah yang harus diperbaiki. Mulai dari para pemimpin; menata paradigma dan tujuan, merumuskan peran, relasi, dan prioritas kerja, serta mengeksekusinya tuntas dengan mengerahkan segenap bakat, talenta, dan kecerdasan. Covey dan Jansen mempercayai, jika hal-hal ini dilakukan, benih-benih keagungan manusia akan tumbuh mekar berbuah lebat di lahan subur organisasi. Sambil mengisahkan tapak-tapak panjang sejarah korporasi, Covey dan Jansen menawarkan berbagai resep memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, seraya merambah jalan baru menuju manusia unggul.


Menurut Max Weber (1905), inilah elemen etos ekonomi yang terlibat dalam proses keberjayaan dunia Barat. Menurut kamus Oxford, suara yang memanggil, vocare (latin), menjadi vocation (Inggris), berarti pekerjaan. Tak bisa lain, vocation harus dimaknai secara lengkap, bekerja adalah sabda Ilahi. Jadi, keterangan sosiologi ekonomi cocok dengan kamus. Singkatnya, jika panggilan (suara, titah, sabda) Ilahi itu ditanggapi penuh gairah melalui akal budi, khususnya nurani, dalam konteks kerja, ia akan terpantul menjadi suara jiwa kita yang unik dan mendesak diekspresikan. Buahnya ialah keunggulan dan kejayaan. Dalam istilah bahasa Covey, temukanlah suaramu, lalu ilhamilah orang lain menemukan suaranya! Itulah habit ke-8. Itulah suara jiwa, melodi spiritual talenta, kegairahan, nurani, dan kebutuhan kita. Jika orang menemukan lalu mengekspresikan suara jiwanya, ia akan bergemilang. Dan, jika pemimpin menolong setiap warganya menemukan suaranya, keseluruhannya akan menjadi organisasi yang gemilang. Dimampatkan, begitulah argumentasi Covey. Secara fenomenologis teramati bahwa semua orang ingin menjadi orang besar, paling tidak, bagian dari yang serba besar. Buat saya, itulah penjelasan mengapa manusia selalu bernafsu tinggi pada apa saja yang besar-besar; rumah besar, mobil besar, dan gaji besar, dan pada kategori lain, perusahaan unggul, partai unggul, dan tentu saja negara unggul! Pokoknya, manusia tidak puas dengan yang kecil-kecil, biasa-biasa, atau sedang-sedang.

Sebagai nilai, greatness (kejayaan, kemegahan, keagungan) telah menjadi poros budaya semesta yang menggerakkan manusia untuk meraih atau menciptakannya. Evolusi budaya telah berhasil menanamkan greatness menjadi semangat utama di hati manusia, bahkan menjadi pilar spiritualitasnya. Secara religius, ini setara dengan pengabdian manusia tiada henti pada atribut ke-Ilahi-an, seperti kesucian, keakbaran, dan kebenaran. Manusia selalu terpesona pada obyek-obyek besar, seperti gunung, samudra, atau langit. Bukan kebetulan, ketiganya juga merupakan metafora kebesaran Ilahi. Jadi, di tingkat rohani, jiwa manusia selalu merindu pada keagungan. Jelasnya, hati manusia belum merasa puas tuntas hingga akhirnya ia menemukan, mengalami, atau berjumpa dengan keagungan itu. Tatkala warga negeri ini masih banyak yang terjebak dalam dilema klasik kemanusiaan universal; mau bahagia tetapi gemar mengeluh, mau dipercaya tetapi tak sanggup menjaga amanah, mau berkilau tetapi tak tahan dikritik, mau terpilih tetapi emoh melayani, mau menabung tetapi gemar bergaya hidup boros, mau pintar tetapi malas belajar.
Memang demikian dengan kenyataan begitu banyak manusia berjiwa kerdil, berintelek kurus, bermental keropos, dan berkesadaran rendah. Kehadiran konsep-konsep manusia unggul Covey dan Jansen perlu disimak secara serius. Yang jelas, kita semua harus menjawab panggilan suara agung tersebut, itulah panggilan suara Tuhan, suara rakyat, dan suara Ibu Pertiwi yang terus merintih demi kemaslahatan seluruh anak negeri. Apabila memekakkan telinga terus, kita masih akan terus terpuruk untuk jangka waktu yang masih panjang.

Intinya, untuk membangun greatness, harus dimulai dari ranah pribadi (personal greatness) dengan menerapkan the seven habits dalam bentuk visi, disiplin, antusiasme, dan nurani. Selanjutnya, ranah kepemimpinan (leadership greatness) dengan menerapkan empat peranan kepemimpinan ala Covey; panutan dalam the seven habits, perintis jalan ke kegemilangan, penyelaras semua elemen organisasi, dan pemberdaya bagi segenap potensi warga organisasi. Terakhir, ranah organisasi (organizational greatness) dengan perumusan visi, misi, dan nilai-nilai pokok organisasi yang membuahkan kejelasan, komitmen, sinergi, pemampuan, dan akuntabilitas. Jika semua ini dijalankan simultan, janji Covey dan Jansen, terciptalah kinerja unggul secara berkelanjutan, dan di ujung sana, kejayaan dan kegemilangan.

Buku ini berisi 7 prinsip,
1 .
Be Proactive (Bersikap Proaktif).
Dalam menghadapi suatu masalah, kita bisa memilih untuk bersikap a) reaktif atau b) proaktif. Bila kita cenderung menyalahkan orang lain atau keadaan yang sulit, maka kita bersikap reaktif. Sementara proaktif adalah sikap bertanggung jawab atas setiap aspek dalam kehidupan kita, yang selanjutnya membuat kita mengambil inisiatif dan tindakan. Intinya, dengan bersikap proaktif, kita tidak membiarkan diri kita terhanyut oleh keadaan, tetapi justru kita yang berusaha mengendalikan keadaan. Dalam konsep "stimulus dan respons", keadaan adalah stimulus yang tidak dapat dikendalikan, tetapi manusia mempunyai daya untuk memilih respons apa yang akan dia ambil.
2. Begin with the End In Mind (Memulai dengan Tujuan di Pikiran).
Banyak orang memiliki cita-cita, tetapi sedikit yang mampu membayangkan (memvisualisasikan) dan menuangkan visi hidupnya itu dalam suatu pernyataan. Dengan membuat "Pernyataan Misi Pribadi", kita dibantu untuk berkonsentrasi dan mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi apa yang akan dihadapi sebelum kita bertindak.
3. Put First Things First (Dahulukan Yang Utama).
Kita harus mempunyai skala prioritas untuk tujuan-tujuan jangka pendek, dengan tidak melupakan tugas-tugas yang walaupun terlihat tidak mendesak tetapi ternyata penting. Dengan sempitnya waktu, seorang pemimpin harus mampu mendelegasikan sebagian tugasnya. Pendelegasian tersebut akan efektif bila sejak awal ada kesepakatan hasil yang ingin dituju, jadi bukan semata rincian rencana kerja dari atas.
Kebiasaan 1- 3 merupakan kebiasaan yang berhubungan dengan diri sendiri untuk membangun karakter pribadi.
4. Think Win/Win (Berpikir Menang-Menang)
Bila kita terbiasa memikirkan solusi yang saling menguntungkan (win-win solution) bagi kedua belah pihak, maka kita dapat meningkatkan hubungan kerjasama yang lebih efektif dalam mencapai tujuan.
5. Seek First to Understand, Then to be Understood (Mengerti Dulu, Baru Dimengerti).
Bila kita memberi suatu nasehat tanpa berempati atau tanpa memahami situasi orang tersebut, maka kemungkinan besar nasehat tersebut akan ditolak atau tidak berguna. Maka biasakan untuk "paham dulu baru bicara" agar komunikasi berjalan dengan efektif.
6. Synergize ( Sinergi)
Berusahalah untuk mencapai sinergi positif bila bekerja dalam team. Intisarinya adalah perbedaan nilai-nilai yang ada harus a) dihormati, b) dibangun kekuatannya, dan c) dikompensasi kelemahannya. Galilah potensi dan kontribusi setiap anggota team. Jika sinergi dapat dicapai, maka hasil satu team lebih besar daripada hasil anggota bila bekerja sendiri-sendiri.
Kebiasaan 4,5,6 berhubungan dengan publik, yang diwujudkan dengan menguasai komunikasi dan kerjasama yang efektif dengan orang lain.

7. Sharpen the saw (Pertajam Gergaji)

Kebiasaan ini berfokus pada pembaharuan diri secara mental, fisik, emosional/sosial dan spiritual yang seimbang. Untuk dapat terus produktif, seseorang juga harus menyegarkan dirinya dengan memiliki aktivitas-aktivitas rekreasi.

Blokade Mental

Menjadi manusia efektif ternyata tidak saja menuntut optimalisasi keunggulan semata melainkan ada kebutuhan lain yang sebesar optimalisasi, yaitu menyingkirkan blokade. Blokade adalah barrier (halangan) yang menghambat potensi kita untuk dapat berfungsi seperti yang kita maksudkan sehingga akhirnya menjadi tidak efektif atau banyak menelan pemborosan energi, waktu dan konsentrasi. Ibarat sebuah talang, jika air tidak mengalir selancar yang seharusnya terjadi berarti terdapat kemungkinan tanda tanya, “there is something technically/strategically wrong”. Bisa jadi talang itu bocor dan membuat kucuran air membanjiri tempat lain yang tidak diinginkan atau aliran air terhalang oleh tumpukan benda-benda kecil.

Peristiwa di mana orang menjalani hidup tidak efektif – sebagaimana talang – tidak selamanya disebabkan oleh faktor ketidamampuan (over-burden) tetapi oleh adanya kebocoran atau kemampetan. Kalau mengutip rumusan Paretto (20:80), blokade itulah yang membuat kita menjalani hidup sebaliknya (80:20). Kita mengeluarkan energi 80 % dan hanya menghasilkan 20 % dari sasaran. Padahal mestinya 20 % kita keluarkan dan mendapatkan 80 % sasaran atau setidaknya 30:70, 40:60 atau 50:50. Pertanyaannya, bentuk blokade apakah yang menghambat tersebut?

Kemampuan dan Kebiasaan

Setelah mengeluarkan pendapat tentang “The Seven Habit – The Most Effective People” , Covey menemukan hubungan korelatif antara kebiasaan efektif dan tingkat aktualisasi kemampuan dasar manusia (dalam: Seven Habit Revisited: seven unique human endowment, Stephen Covey: 1996-1998). Di dalam diri manusia terdapat tujuh kemampuan dasar yang berasosiasi dengan model kebiasaan menurut kontinum tertentu. Tujuh kemampuan dasar (endowment) itu antara lain: 1) Kesadaran-diri (self awareness), 2) imajinasi (imagination and conscience), 3) Kemauan (will power), 4) mentalitas berlimpah (abundance mentality), 5) Keberanian (courage with consideration), 6 ) Kreativitas (creativity), 7) Pembaruan (self renewal). Ketujuh kemampuan dasar itu digolongkan menjadi dua, yaitu primer (1,2, 3) dan sekunder (4, 5, 6, 7).

Adapun tujuh kebiasaan manusia efektif (seperti yang sudah dijelaskan dalam buku Covey yang telah beredar di sini) adalah: 1) Proaktif (Proactive), 2) Berawal dari tujuan akhir (Begin with the end), 3) Mengutamakan yang utama (First thing first), 4) Berpikir menang-menang (Think win-win), 5) Memahami lebih dulu (seek first to understand), 6) sinergisitas (synergize), 7) Mengasah gergaji (sharpen the saw).

Mari kita mulai membahas bagaimana ketujuh kemampuan dasar (seven endowments) itu menciptakan tujuh kebiasaan tertentu (Seven habits) berdasarkan peringkatnya. Peringkat yang dimaksud adalah tingkat pencapaian kualitas pengembangan diri / aktualisasi kemampuan potensial:

1. Kesadaran Diri - Proaktif

Kesadaran-diri adalah kemampuan kunci untuk memahami orang lain dan dunia ini - ‘what is happening and how something takes the process to happen’. Bahkan kesadaran-diri merupakan pintu untuk mengenal di mana sebenarnya keunggulan/kelemahan diri kita. Dengan kesadaran-diri yang tinggi maka kaki kita mantap menginjak realitas bumi dan tidak ragu-ragu dalam bertindak.

Kemampuan tentang kesadaran-diri apabila diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan efektif berupa proaktif: memiliki kemampuan untuk memilih respon yang cocok atau menentukan keputusan. Dikatakan kebiasaan efektif karena semua persoalan tidak ada yang membingungkan apabila ditangani oleh orang yang berkapasitas mampu mengambil keputusan. Kualitas menjadi pengambil keputusan seperti inilah yang tidak dimiliki oleh orang dengan kesadaran-diri setengah-setengah.

Pada level aktualisasi kemampuan yang rendah, kebiasaan hidup yang dihasilkan tidak efektif ( talang bocor) yaitu kebiasaan reaktif – tidak memiliki kemampuan memilih alias dibentuk oleh bagaimana orang lain dan keadaan membentuknya. Di level ini semua persoalan besar/kecil akan membuat dirinya ‘bingung’ - terombang ambing, bahkan bisa jadi tidak tahu mana yang besar dan mana yang kecil.

2. Imajinasi – Tujuan akhir

Kemampuan imajinasi apabila diaktualkan secara optimal dengan petunjuk kesadaran dan prinsip akan menghasilkan kebiasaan hidup yang bermuara pada tujuan akhir/kepentingan misi. Orang yang telah melatih imajinasinya pada level tinggi senantiasa akan membuat lilin harapan dan visi menyala sehingga tidak mudah digoda oleh berbagai bentuk distraksi dari luar dan dari dalam atau tidak mudah kalut oleh kegelapan realitas temporer. Kondisi internal yang terus tercerahkan (enlightenment) oleh lilin harapan dan visi inilah yang membuat dirinya realistic (berada di atas realitas) atau victor (pemenang) dan effective.

Sebaliknya, pada level aktualisasi kemampuan yang rendah di mana orang membiarkan imajinasinya liar kemana-mana tanpa kesadaran atau prinsip yang jelas akan menghasilkan cetakan kebiasaan hidup yang tidak berbentuk, atau menjadi korban (victim), sudah kemana-mana tetapi tidak menemukan apa-apa (sense of futility about goal). Imajinasi yang liar bisa terjadi kapan pun dan di manapun yang lazimnya kita kenal dengan aktivitas ‘ngelamun’. Secara permukaan sulit dibedakan antara orang ngelamun dan orang yang melatih imajinasi dengan bervisualisasi kreatif tetapi dalam hitungan yang ke sekian kali perbedaan itu akan sebesar kemutahiran kreasi. Bukankah semua temuan tekhnologi berawal dari imajinasi ?

3. Kemauan - Mengutamakan yang Utama

Kemampuan manusia berupa kemauan apabila diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan hidup teratur - mengutamakan yang utama, dan penuh displin dalam membuat tata letak antara prioritas utama, kepentingan, dan urgensitas. Keteraturan dan displin tidak dapat diraih tanpa kemauan keras untuk merebut tanggung jawab. Orang yang tahu tata letak akan membuat kebiasaan hidup efektif.

Pada level aktualisasi yang rendah, kemampuan ini akan menghasilkan kebiasaan hidup berupa mentalitas jalan-pintas, atau the simple answer, menolak tanggung jawab hidup sehingga tidak terjadi keteraturan. Membesar-besarkan hal yang kecil dan mengabaikan hal yang menjadi benih-benih peristiwa besar (kebocoran atau kemampetan talang). Orang yang malas tidak berarti hidupnya efektif meskipun ia menolak bertanggung jawab karena pada dasarnya hidup ini tidak memberi pilihan antara bertanggung jawab atau tidak, melainkan harus bertanggung jawab.

4. Mentalitas Berlimpah - Berpikir Menang-menang

Kemampuan mentalitas atau kapasitas mental yang diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan berpikir menang-menang dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Mentalitas berlimpah akan menghasilkan karakter kepribadian berprinsip. Prinsiplah yang menjadi sumber keberlimpahan, kemakmuran dan keamanan. Kalau dikaitkan dengan kecerdasan EQ, tingkat kecerdasan yang tinggi akan mampu memproduksi kebahagian di dalam sehingga berkuranglah tingkat dependensinya terhadap sumber kebahagian dari luar . Semakin kuat orang memegang ‘principle-centered’ (berpusat pada prinsip hidup), semakin mudah orang tersebut mengalirkan rasa cinta/penghargaan kepada orang lain - to share recognition. Oleh karena itu dikatakan, mentalitas berlimpah akan menghasilkan profit dan power.

Sebaliknya pada level aktualisasi yang rendah akan menghasilkan kebiasaan hidup talang bocor berupa mentalitas kerdil (scarcity) di mana orang merasa kurang dengan dirinya. Rasa bahagia, rasa aman, dan rasa makmur tidak mampu diciptakan oleh dirinya melainkan merasa harus bergantung kepada orang lain sehingga tidak mudah memberi maaf atas kesalahan apapun yang dilakukan oleh mereka. Suami/istri yang bermentalitas kerdil akan mudah bentrok walaupun pemicunya berupa sendok makan yang jatuh padahal (mestinya) cukup diselesaikan dengan memaafkan sedikit. Karena tidak mampu memaafkan akhirnya membuat kebocoran tidak hanya menetes melainkan mengalir deras, dan akhirnya banjirlah rumah tangga.

5. Keberanian - Memahami Lebih Dahulu

Kemampuan keberanian apabila diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan efektif berupa memahami lebih dulu baru akan dipahami. Memahami lebih dulu membutuhkan keberanian dengan pertimbangan. Dikatakan efektif karena memahami lebih dulu akan (biasanya) membuat kita dipahami lebih dulu. Memahami lebih dulu adalah membuka talang yang macet atau kalau dipinjamkan dari istilah lain, memahami lebih dulu adalah kebiasaan empati, bukan simpati.

Sebaliknya keberanian yang tidak diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan hidup tidak efektif berupa keinginan untuk dipahami lebih dulu baru akan memahami. Jika dikembalikan ke kehidupan kita, akar dari sebab persoalan besar adalah dasar berkomunikasi yang ingin dipahami lebih dulu. Semua orang memang secara alami ingin dipahami lebih dulu.

6. Kreativitas - Sinergisitas

Kemampuan kreativitas apabila diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan hidup efektif berupa terciptanya keunggulan sinergis dari perbedaan atau persamaan. Keunggulan sinergis adalah manifestasi kesadaran misi dan tidak dapat diraih dengan pendewaan posisi. Salah satu karakteristik keunggulan sinergis adalah terciptanya saluran komunikasi di antara respectful minds yang berinteraksi untuk menemukan kompromi dan kerjasama. Kenyataan seringkali mengajarkan bahwa pada akhirnya, kerjsa sama yang diolah dengan kreativitas akan menang melebihi ‘confrontation’.

Sebaliknya kemampuan kreativitas yang tidak diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan hidup tidak efektif berupa kebuntuan alternatif dan kemacetan aliran transformasi. Satu-satunya jalan yang ditempuh adalah membuat ‘defensive communication’ dibarengi dengan pendewaan posisi antara saya dan anda, kami dan mereka. Posisi yang didewakan akan membuat aliran kepentingan misi bisa macet dan akhirnya terbuang ke tempat yang tidak diinginkan.

7. Pembaharuan - Mengasah Gergaji

Kebiasaan mengasah gergaji dihasilkan dari kemampuan pembaruan-diri yang diaktualkan secara optimal. Dikatakan kebiasaan efektif karena dengan terus mengasah gergaji (baca: pengembangan diri) dapat mengurangi kemungkinan yang menyebabkan kegagalan atau kelambanan menyelesaikan masalah akibat perubahan keadaan. Seperti dikatan, siksaan paling berat yang kita rasakan adalah ketidaktahuan (kebodohan). Pembaharuan adalah inovasi, improvisasi, pembelajaran, atau merenovasi talang.

Sebaliknya, kemampuan pembaruan yang tidak diaktualkan secara optimal akan membuat kita terperosok dalam sistem hidup yang tertutup, gaya hidup yang gelap, dan buntu. Tak pelak lagi sistem dan gaya hidup demikian hanya akan mewariksakn ketertinggalan dari kemajuan zaman, mentalitas kerdil dan kebodohan akan perkembangan informasi.

Uraian singkat di atas mudah-mudahan dapat mendorong kita untuk mengecek kondisi talang di atas "rumah diri kita" secara langsung agar dapat membuat kesimpulan yang paling mendekati obyektif; apakah talang yang tidak dapat mengalirkan air sebagaimana mestinya itu disebabkan oleh kerusakan fatal atau hanya kemampetan. Bila yang terjadi hanya mampet, pengalaman menunjukkan sangat amat jarang kemampetan talang diakibatkan oleh benda besar dalam peristiwa sesaat, misalnya pohon yang roboh atau lainnya. Sebab kalau benda besar yang menghalangi langsung kita singkirkan. Lebih sering talang yang mampet disebabkan oleh serpihan kayu, lumpur, lumut yang awalnya kita anggap tidak membahayakan. Dan begitu hujan turun, maka …. Bem!

Senin, 30 November 2009

Mangkuk yang Cantik, Madu dan Sehelai Rambut

Mangkuk yang Cantik, Madu dan Sehelai Rambut

Rasulullah SAW, dengan sahabat-sahabatnya Abakar r.a., Umar r.a., Utsman r.a., dan 'Ali r.a., bertamu ke rumah Ali r.a. Di rumah Ali r.a. istrinya Sayidatina Fathimah r.ha. putri Rasulullah SAW menghidangkan untuk mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan sehelai rambut terikut di dalam mangkuk itu. Baginda Rasulullah SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut (Mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut). Abubakar r.a. berkata, "iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut". Umar r.a. berkata, "kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Utsman r.a. berkata, "ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber'amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut". 'Ali r.a. berkata, "tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumanya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Fatimah r.ha.berkata, "seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yangtak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Rasulullah SAW berkata, "seorang yang mendapat taufiq untuk ber'amal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, ber'amal dengan 'amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat 'amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Malaikat Jibril AS berkata, "menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri; harta; dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Allah SWT berfirman, " Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

PAHLAWAN NERAKA

PAHLAWAN NERAKA

Suatu hari satu pertempuran telah berlaku di antara pihak Islam dengan pihak Musyrik. Kedua-dua belah pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan antara satu sama lain. Tiba saat pertempuran itu diberhentikan seketika dan kedua-dua pihak pulang ke markas masing-masing.

Di sana Nabi Muhammad S.A.W dan para sahabat telah berkumpul membincangkan tentang pertempuran yang telah berlaku itu. Peristiwa yang baru mereka alami itu masih terbayang-bayang di ruang mata. Dalam perbincangan itu, mereka begitu kagum dengan salah seorang dari sahabat mereka iaitu, Qotzman. Semasa bertempur dengan musuh, dia kelihatan seperti seekor singa yang lapar membaham mangsanya. Dengan keberaniannya itu, dia telah menjadi buah mulut ketika itu.

"Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qotzman," kata salah seorang sahabat.

Mendengar perkataan itu, Rasulullah pun menjawab, "Sebenarnya dia itu adalah golongan penduduk neraka."

Para sahabat menjadi hairan mendengar jawapan Rasulullah itu. Bagaimana seorang yang telah berjuang dengan begitu gagah menegakkan Islam boleh masuk dalam neraka. Para sahabat berpandangan antara satu sama lain apabila mendengar jawapan Rasulullah itu.

Rasulullah sedar para sahabatnya tidak begitu percaya dengan ceritanya, lantas baginda berkata, "Semasa Qotzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama-sama, Qotzman telah mengalami luka parah akibat ditikam oleh pihak musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Dengan segera Qotzman meletakkan pedangnya ke atas tanah, manakala mata pedang itu pula dihadapkan ke dadanya. Lalu dia terus membenamkan mata pedang itu ke dalam dadanya."

"Dia melakukan perbuatan itu adalah kerana dia tidak tahan menanggung kesakitan akibat dari luka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan kerana berlawan dengan musuhnya, tetapi membunuh dirinya sendiri. Melihatkan keadaannya yang parah, ramai orang menyangka yang dia akan masuk syurga. Tetapi dia telah menunjukkan dirinya sebagai penduduk neraka."

Menurut Rasulullah S.A.W lagi, sebelum dia mati, Qotzman ada mengatakan, katanya, "Demi Allah aku berperang bukan kerana agama tetapi hanya sekadar menjaga kehormatan kota Madinah supaya tidak dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku berperang hanyalah untuk membela kehormatan kaumku. Kalau tidak kerana itu, aku tidak akan berperang."

Riwayat ini telah dirawikan oleh Luqman Hakim.

KISAH PEMUDA BERIBU-BAPAKAN BABI

KISAH PEMUDA BERIBU-BAPAKAN BABI

Nabi Musa adalah satu-satunya Nabi yang boleh bercakap terus dengan Allah S.W.T Setiap kali dia hendak bermunajat, Nabi Musa akan naik ke Bukit Tursina. Di atas bukit itulah dia akan bercakap dengan Allah.Nabi Musa sering bertanya dan Allah akan menjawab pada waktu itu juga. Inilah kelebihannya yang tidak ada pada nabi-nabi lain.
Suatu hari Nabi Musa telah bertanya kepada Allah. "Ya Allah, siapakah orang di syurga nanti yang akan berjiran dengan aku?".
Allah pun menjawab dengan mengatakan nama orang itu, kampung serta tempat tinggalnya. Setelah mendapat jawapan, Nabi Musa turun dari Bukit Tursina dan terus berjalan mengikut tempat yang diberitahu. Setelah beberapa hari di dalam perjalanan akhirnya sampai juga Nabi Musa ke tempat berkenaan.

Dengan pertolongan beberapa orang penduduk di situ, beliau berjaya bertemu dengan orang tersebut. Setelah memberi salam beliau dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu.
Tuan rumah itu tidak melayan Nabi Musa. Dia masuk ke dalam bilik dan melakukan sesuatu di dalam. Sebentar kemudian dia keluar sambil membawa seekor babi betina yang besar. Babi itu didukungnya dengan cermat. Nabi Musa terkejut melihatnya. "Apa hal ini?, kata Nabi Musa berbisik dalam hatinya penuh kehairanan.

Bai itu dibersihkan dan dimandikan dengan baik. Setelah itu babi itu dilap sampai kering serta dipeluk cium kemudian dihantar semula ke dalam bilik. Tidak lama kemudian dia keluar sekali lagi dengan membawa pula seekor babi jantan yang lebih besar. Babi itu juga dimandikan dan dibersihkan. Kemudian dilap hingga kering dan dipeluk serta cium dengan penuh kasih sayang. Babi itu kemudiannya dihantar semula ke bilik.
Selesai kerjanya barulah dia melayan Nabi Musa. "Wahai saudara! Apa agama kamu?". "Aku agama Tauhid", jawab pemuda itu iaitu agama Islam. "Habis, mengapa kamu membela babi? Kita tidak boleh berbuat begitu." Kata Nabi Musa.

"Wahai tuan hamba", kata pemuda itu. "Sebenarnya kedua babi itu adalah ibubapa kandungku. Oleh kerana mereka telah melakukan dosa yang besar, Allah telah menukarkan rupa mereka menjadi babi yang hodohrupanya. Soal dosa mereka dengan Allah itu soal lain. Itu urusannya dengan Allah. Aku sebagai anaknya tetap melaksanakan kewajipanku sebagai anak. Hari-hari aku berbakti kepada kedua ibubapaku sepertimana yang tuan hamba lihat tadi. Walaupun rupa mereka sudah menajdi babi, aku tetap melaksanakan tugasku.", sambungnya.

"Setiap hari aku berdoa kepada Allah agar mereka diampunkan. Aku bermohon supaya Allah menukarkan wajah mereka menjadi manusia yang sebenar, tetapi Allah masih belum memakbulkan lagi.", tambah pemuda itu lagi.
Maka ketika itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa a.s. 'Wahai Musa, inilah orang yang akan berjiran dengan kamu di Syurga nanti, hasil baktinya yang sangat tinggi kepasa kedua ibubapanya. Ibubapanya yang sudah buruk dengan rupa babi pun dia berbakti juga. Oleh itu Kami naikkan maqamnya sebagai anak soleh disisi Kami."

Allah juga berfirman lagi yang bermaksud : "Oleh kerana dia telah berada di maqam anak yang soleh disisi Kami, maka Kami angkat doanya. Tempat kedua ibubapanya yang Kami sediakan di dalam neraka telah Kami pindahkan ke dalam syurga."
Itulah berkat anak yang soleh. Doa anak yang soleh dapat menebus dosa ibubapa yang akan masuk ke dalam neraka pindah ke syurga. Ini juga hendaklah dengan syarat dia berbakti kepada ibubapanya. Walaupun hingga ke peringkat rupa ayah dan ibunya seperti babi. Mudah-mudahan ibubapa kita mendapat tempat yang baik di akhirat kelak.

Walau bagaimana buruk sekali pun perangai kedua ibubapa kita itu bukan urusan kita, urusan kita ialah menjaga mereka dengan penuh kasih sayang sebagaimana mereka menjaga kita sewaktu kecil hingga dewasa.
Walau banyak mana sekali pun dosa yang mereka lakukan, itu juga bukan urusan kita, urusan kita ialah meminta ampun kepada Allah S.W.T supaya kedua ibubapa kita diampuni Allah S.W.T.
Doa anak yang soleh akan membantu kedua ibubapanya mendapat tempat yang baik di akhirat, inilah yang dinanti-nantikan oleh para ibubapa di alam kubur.

Erti sayang seorang anak kepada ibu dan bapanya bukan melalui hantaran wang ringgit, tetapi sayang seorang anak pada kedua ibubapanya ialah dengan doanya supaya kedua ibubapanya mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah.
Untuk mengetahui lebih mendalam kisah alam akhirat sila dapatkan buku terbitan syarikat Nurulhas yang berjudul: BILA IZRAIL A.S. DATANG MEMANGGIL

AWAN MENGIKUTI ORANG YANG BERTAUBAT

AWAN MENGIKUTI ORANG YANG BERTAUBAT

Diriwayatkan bahawa seorang tukang jagal terpesona kepada budak tetangganya. Suatu saat gadis itu mendapatkan tugas menyelesaikan urusan keluarganya di desa lain. Si tukang jagal lalu mengikutinya dari belakang sampai akhirnya berhasil menemukannya. Si tukang jagal lalu memanggil gadis itu dan mengajaknya menikmati kesempatan langka dan indah itu. Tetapi gadis itu menjawab, "Jangan lakukan. Meskipun sangat mencintaimu, aku sangat takut kepada Allah."

Mendengar jawapan itu, si tukang jagal merasa dunia berputar. Kerana menyesal dan sedar hatinya gementar, tenggoroknya kering dan hatinya semakin berdebar, dia lalu berkata, "Kau takut kepada Allah sedangkan aku tidak."

Dia pulang sambil bertaubat. Di jalan ia diserang haus dan nyaris mati. Is kemudian bertemu seorang soleh. Mereka berjalan bersama. Mereka melihat gumpalan awan berjalan menaungi mereka berdua sampai mereka masuk ke sebuah desa. Mereka berdua yakin bahawa awan itu untuk orang yang soleh. Kemudian mereka berpisah di desa tersebut. Awan itu ternyata condong dan terus menaungi si tukang jagal itu sampai dia tiba di rumahnya. Orang soleh tadi hairan melihat kenyataan ini. Dia lalu mengikuti tukang jagal tadi lantas bertanya kepadanya dan dijawabnya juga di tempat itu. Maka laki-laki soleh itu berkata, "Janganlah hairan terhadap apa yang kau lihat, kerana orang yang bertaubat kepada Allah itu berada di suatu tempat yang tak seorang pun berada di situ."

Jibril AS, Kerbau, Kelelawar, dan Cacing

Jibril AS, Kerbau, Kelelawar, dan Cacing

Suatu hari Allah SWT memerintahkan malaikat Jibri AS untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si Kerbau.

Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, "hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau". Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.

Malaikat Jibril AS mendatanginya seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah goa. Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, "hai kelelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar". "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya", jawab si kelelawar. Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.

Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya".

MAYAT BANGUN DARI KUBUR

MAYAT BANGUN DARI KUBUR

Jika Nauf boleh menghidupkan kuda milik Birdlaun milik Raja Faris atas izin Allah, maka Nabi Isa boleh menghidupkan orang yang sudah mati atas izin Allah juga. Itulah mukjizat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya untuk menunjukkan kebesarannya.

Tapi dasar orang kafir, walaupun Nabi Isa boleh menunjukkan mukjizat menghidupkan orang yang sudah mati, mereka masih menyangkalnya. "Sesungguhnya engkau hanya dapat menghidupkan mayat yang baru yang ada kemungkinan memang belum mati benar. Cuba kau hidupkan mayat-mayat terdahulu jika kau boleh." Ujar mereka. Merasa ditentang kaumnya, Nabi Isa lalu berkata : "Silakan pilih mayat sekehendakmu," jawabnya.

"Cuba hidupkan Sam dan Nuh," kata mereka.

Kemudian Nabi Isa pergi ke makam Sam dan Nuh. Setelah bersembahyang di atas kuburnya, Isa berdoa kepada Allah meminta Allah menghidupkan mayat itu. Atas kekuasaan Allah kedua mayat yang sudah lama meninggal it bangkit kembali dari kuburnya. Rambut di kepala dan rambutnya sudah memutih.

Begitu melihat keduanya hidup kembali, Isa bertanya, "Mengapa rambutmu sudah memutih semacam itu,". Keduanya lalu menjawab bahawa mendengar panggilan Isa, ia mengira hari kiamat sudah tiba. "Berapa lama kau sudah meninggal?" tanya Isa. "Empat ribu tahun, tetapi sampai sekarang belum hilang rasa sakit matiku." Jawabnya.Melihat mukjizat Allah, berimanlah semula orang-orang yang kafir itu.

Kisah Jenazah

JENAZAH BERUBAH MENJADI BABI HUTAN


Seorang anak mendatangi Rasulullah sambil menangis. Peristiwa itu sangat mengharukan Rasulullah S.A.W yang sedang duduk bersama-sama sahabat yang lain.
"Mengapa engkau menangis wahai anakku?" tanya Rasulullah. "Ayahku telah meninggal tetapi tiada seorang pun yang datang melawat. Aku tidak mempunyai kain kafan, siapa yang akan memakamkan ayahku dan siapa pula yang akan memandikannya?" Tanya anak itu.
Segeralah Rasulullah memerintahkan Abu Bakar dan Umar untuk menjenguk jenazah itu. Betapa terperanjatnya Abu Bakar dan Umar, mayat itu berubah menjadi seekor babi hutan. Kedua sahabat itu lalu segera kembali melapor kepada Rasulullah S.A.W.

Maka datanglah sendiri Rasulullah S.A.W ke rumah anak itu. Didoakan kepada Allah sehingga babi hutan itu kembali berubah menjadi jenazah manusia. Kemudian Nabi menyembahyangkannya dan meminta sahabat untuk memakamkannya. Betapa hairannya para sahabat, ketika jenazah itu akan dimakamkan berubah kembali menjadi babi hutan.
Melihat kejadian itu, Rasulullah menanyakan anak itu apa yang dikerjakan oleh ayahnya selama hidupnya.
"Ayahku tidak pernah mengerjakan solat selama hidupnya," jawab anak itu. Kemudian Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya, "Para sahabat, lihatlah sendiri. Begitulah akibatnya bila orang meninggalkan solat selama hidupnya. Ia akan menjadi babi hutan di hari kiamat."

Kisah orang pemberani

ORANG YANG PALING BERANI

Al Bazzar meriwayatkan dalam kitab Masnadnya dari Muhammad bin Aqil katanya, "Pada suatu hari Ali bin Abi Talib pernah berkhutbah di hadapan kaum Muslimin dan beliau berkata, "Hai kaum Muslimin, siapakah orang yang paling berani ?"

Jawab mereka, "Orang yang paling berani adalah engkau sendiri, hai Amirul Mukminin."

Kata Ali, "Orang yang paling berani bukan aku tapi adalah Abu Bakar. Ketika kami membuatkan Nabi gubuk di medan Badar, kami tanyakan siapakah yang berani menemankan Rasulullah s.a.w dalam gubuk itu dan menjaganya dari serangan kaum Musyrik ? Di saat itu tiada seorang pun yang bersedia melainkan Abu Bakar sendiri. Dan beliau menghunus pedangnya di hadapan Nabi untuk membunuh siapa sahaja yang mendekati gubuk Nabi s.a.w. Itulah orang yang paling berani."

"Pada suatu hari juga pernah aku menyaksikan ketika Nabi sedang berjalan kaki di kota Mekah, datanglah orang Musyrik sambil menghalau beliau dan menyakiti beliau dan mereka berkata, "Apakah kamu menjadikan beberapa tuhan menjadi satu tuhan ?" Di saat itu tidak ada seorang pun yang berani mendekat dan membela Nabi selain Abu Bakar. Beliau maju ke depan dan memukul mereka sambil berkata, "Apakah kamu hendak membunuhorang yang bertuhankan Allah ?"

Kemudian sambil mengangkat kain selendangnya beliau mengusap air matanya. Kemudian Ali berkata, "Adakah orang yang beriman dari kaum Firaun yang lebih baik daripada Abu Bakar ?" Semua jamaah diam sahaja tidak ada yang menjawab. Jawab Ali selanjutnya, "Sesaat dengan Abu Bakar lebih baik daripada orang yang beriman dari kaum Firaun walaupun mereka sepuluh dunia, kerana orang beriman dari kaum Firaun hanya menyembunyikan imannya sedang Abu Bakar menyiarkan imannya."

Kisah Tauladan

KISAH BERKAT DI SEBALIK MEMBACA BISMILLAH

Ada seorang perempuan tua yang taat beragama, tetapi suaminya seorang yang fasik dan tidak mahu mengerjakan kewajipan agama dan tidak mahu berbuat kebaikan.
Perempuan itu sentiasa membaca Bismillah setiap kali hendak bercakap dan setiap kali dia hendak memulakan sesuatu sentiasa didahului dengan Bismillah. Suaminya tidak suka dengan sikap isterinya dan sentiasa memperolok-olokkan isterinya.
Suaminya berkata sambil mengejak, "Asyik Bismillah, Bismillah. Sekejap-sekejap Bismillah."

Isterinya tidak berkata apa-apa sebaliknya dia berdoa kepada Allah S.W.T. supaya memberikan hidayah kepada suaminya. Suatu hari suaminya berkata : "Suatu hari nanti akan aku buat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu."
Untuk membuat sesuatu yang memeranjatkan isterinya, dia memberikan wang yang banyak kepada isterinya dengan berkata, "Simpan duit ini." Isterinya mengambil duit itu dan menyimpan di tempat yang selamat, di samping itu suaminya telah melihat tempat yang disimpan oleh isterinya. Kemudian dengan senyap-senyap suaminya itu mengambil duit tersebut dan mencampakkan beg duit ke dalam perigi di belakang rumahnya.

Setelah beberapa hari kemudian suaminya itu memanggil isterinya dan berkata, "Berikan padaku wang yang aku berikan kepada engkau dahulu untuk disimpan."
Kemudian isterinya pergi ke tempat dia menyimpan duit itu dan diikuti oleh suaminya dengan berhati-hati dia menghampiri tempat dia menyimpan duit itu dia membuka dengan membaca, "Bismillahirrahmanirrahiim." Ketika itu Allah S.W.T. menghantar malaikat Jibrail A.S. untuk mengembalikan beg duit dan menyerahkan duit itu kepada suaminya kembali.

Alangkah terperanjat suaminya, dia berasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada isterinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mula mengerjakan perintah Allah, dan dia juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulakan sesuatu kerja.

Sabtu, 28 November 2009

www.getjar.com

Hadi Kusmanto: Facebook for mobile nokia E63

Facebook for mobile nokia E63

proposal

PENDAHULUAN
Pelanggan adalah Raja, Pelanggan Selalu Benar, slogan-slogan ini menunjukkan bahwa pelanggan menempati posisi utama bagi perusahaan. Berbagai upaya dikerahkan oleh perusahaan untuk memuaskan pelanggan, karena pelanggan yang puas dan loyal adalah jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya usaha.

Semakin kompetitifnya pasar dan persaingan bisnis, membuat kelangsungan bisnis mutlak tergantung dari ada tidaknya perhatian yang besar terhadap kebutuhan pelanggan. Tuntutan pelanggan tidak hanya dalam hal tersedianya barang atau jasa yang berkualitas baik dalam arti fisik, tetapi juga nilai (value) apa yang bisa diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya, mulai dari sebelum penjualan hingga setelah penjualan (after sales service).

Lebih dari itu pelanggan tidaklah merasa cukup dipenuhi kebutuhan-nya (need) saja, tetapi juga keinginan (want) dan harapan-nya (expectation).
Oleh karena itu diperlukan kehadiran pribadi-pribadi cemerlang (brilliant) dalam pelayanan. Pribadi-pribadi cemerlang akan mampu memberikan nilai yang lebih tinggi bagi barang dan jasa, serta mampu mengelola kebutuhan, keinginan dan harapan dengan empatik, efektif dan memberi kemenangan bagi pelanggan.

Tuntutan pelanggan sudah semakin tinggi, tidak cukup dipenuhi kebutuhannya (need) saja, tetapi juga keinginan (want) dan harapannya (expectation)

TUJUAN PELATIHAN

Meningkatkan wawasan, pemahaman dan kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya
pelayanan cemerlang bagi pelanggan.
Meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara asertif dan berbicara konstruktif.
Mampu mengenal diri dan orang lain secara lebih baik
Meningkatkan kepekaan rasa terhadap kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan
Menumbuhkan pola sikap dan pola pikir yang tepat terhadap stres dalam melayani
maupun dalam menghadapi keluhan/komplain pelanggan.
Mampu bekerjasama secara efektif dalam pelayanan.
Meningkatkan ketrampilan dalam memecahkan masalah secara kreatif.

MATERI PELATIHAN


Re-Orientasi Customer Service
Memahami keberadaan pelanggan
Pelayanan dalam konteks bisnis masa lalu, kini dan akan datang.

Melayani dengan Empati
Perbedaan empati, apati dan simpati
Kemampuan verbal dan non verbal dalam empati
Sikap client centered

Komunikasi dalam Pelayanan
Fungsi dan proses komunikasi
Pola komunikasi
Distorsi dalam komunikasi

Mengenal Diri dan Orang Lain
Khasanah reaksi sosial
Khasanah analisis kerja
Jo Harry Window





Manajemen Stres dalam Pelayanan
Mengenali stres dalam pelayanan
Sikap dalam memandang stres
Kiat menanggulangi stres

Handling Complain
Reaksi terhadap keluhan/complain
Jenis-jenis complain
Sikap dan kiat menghadapi komplain

Sikap Asertif
Perbedaan sikap submisif, asertif dan agresif
Mampu bersikap asertif terhadap orang lain sehingga tercapai prinsip menang – menang

Team Work Service
Identifikasi tim layanan
Keseimbangan tim layanan
Kiat mengembangkan tim layanan

Problem Solving
Metode pengenalan dan pemecahan masalah
Memecahkan masalah dengan kreatif

proposal

Tentang BiCA

PT. Bina Cendekia Agung atau yang lebih dikenal dengan BiCA adalah perusahaan yang bergerak dalam Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Management .

BiCA berdiri sejak 20 Januari 1998 dan seiring berjalannya waktu, usia BiCA sudah 11 tahun, tentunya tidaklah mudah bagi BiCA untuk bisa bertahan dan tetap eksis dalam usianya.

BiCA telah mengalami dan berhasil menyikapi perubahan - perubahan yang selama ini terjadi, baik perubahan Politik, Sosial, Ekonomi, Budaya dan kemajuan Tekhnologi.

BiCA selalu belajar dan memantaskan diri untuk menjadi sebuah Organisasi yang besar.

VISI BiCA

Berperan aktif dalam upaya memajukan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia

CORE VALUES

Dalam upaya pencapaian Visinya, BiCA berpedoman pada panduan berpikir dan berperilaku sebagai berikut :

· Passion : Hasrat dan Antusiasme yang tinggi untuk semua aktifitas Positif dilakukan, dilandasi rasa KETUHANAN dan CINTA KASIH untuk sesama.

  • Positive Thinking : Selalu berpikiran positif dalam berusaha dan berkarya
  • Innovative : Selalu berfikir, berusaha dan bertindak menciptakan serta

menemukan sesuatu yang baru dalam upaya perbaikan.

  • Commitment : Selalu berpegang teguh terhadap apa yang sudah disepakati.
  • Logic of Discovery : Bahwa untuk semua pencapaian yang dituju memerlukan proses,

tetapi dalam berproses tersebut kita harus terus belajar

Model Pendekatan

Dalam era sekarang, semua perusahaan di dunia akan memgalami persaingan yang semakin ketat, tetapi pada saat yang sama – kita memiliki peluang yang sangat besar.

Oleh karena itu kita harus membangun keunggulan – keunggulan secara sistematis dalam waktu yang singkat.

Dalam rangka membantu membangun keunggulan – keunggulan itu , kami BiCA senantiasa menerapkan program – program pelatihan yang mengacu pada :

Kondisi terkini Perusahaan

Sasaran perusahaan

Landasan Kompetensi Perusahaan

Praktis dan berorientasi pada penerapan

Model Pelatihan

Dalam melaksanakan pelatihan – pelatihan , BiCA memggunakan konsep

“ Learning Experience Approach dengan 3 aspek dasar yang dikembangkan :

BiCA Program

- Company Event

- Outbound Training berbasis kompetensi dan tujuan perusahaan

- Family Ganthering

- Company Outing